Sabtu, 06 Februari 2016

Sejarah Singkat Desa Baun Bango

SEJARAH SINGKAT DESA  BAUN BANGO
Zaman dulu waktu masih penjajahan Belanda tersiarlah kabar tentang usaha warga sungai Katingan ke seantero wilayah seperti  usaha menyadap getah Jelutung,Nyatu,Ketiau dan Hangkang. Juga mencari Rotan,Damar dan ikan terutama di daerah sungai dan danau Jalan Pangen.
Kabar tersebut sampailah kepada seorang pemuda yang bernama MIRING berasal dari sungai Kapuas tepatnya Kampung Hampatung. Maka beliau mengembara menuju sungai katingan mengikuti jejak keponakannya yang sudah menjadi saudagar kaya-raya yang bernama ISMAIL, sang Juragan yang dikenal juga dengan sebutan  Pak MAHAR dulu berdomisili di desa Tumbang Runen sekarang ini.
Perjalanan MIRING ke Katingan berhasil menemukan keponakannya ISMAIL,beliau diajak berdagang hasil hutan non kayu dari Katingan dibawa ke pulau Jawa bahkan sampai ke Singapura dengan menggunakan perahu layar ‘MAYANG SARI’. Sekembalinya ke Katingan mereka membawa sembako untuk diperdagangkan atau dibarter  dengan komoditas andalan dari Katingan saat itu.
Perjalanan mereka berdagang mudik menyusuri sungai Katingan,suatu saat berlabuhlah di desa Tumbang Panggo sekarang ini. Disitulah sang pemuda MIRING menemukan jodohnya dan menikah dengan seorang gadis yang bernama SARIN. Dari hasil pernikahan ini lahirlah 9 orang putra-putri beliau yang bernama: NUAH,SARINAH,GANTANG,PENYANG,SUNGAN,ANANG,MUNAH,SAMAH dan AMAN
MIRING beserta anak isterinya awalnya tinggal di perbatasan desa Baun Bango-Tumbang Runen,sambil menunggu keberangkatan kapal layar MAYANG SARI,beliau dan anak isterinya  berladang dan juga mencari ikan untuk memenuhi kebutuhah hidupnya.
Dari hulu/sebelah utara Katingan tepatnya desa Batu Bango juga datang satu keluarga yang mengadu nasib bekerja membuka ladang di sekitar wilayah desa Baun Bango sekarang,beliau ini bernama BANGO yang juga membawa serta anak isterinya.
Rupanya anak MIRING yang bernama SUNGAN berjodoh dengan anak BANGO yang bernama RUPAN,mereka menikah dan dikaruniai putra-putri 6 orang. Dari sinilah MIRING sekeluarga tinggal menetap karena ada  hubungan kekerabatan MIRING dengan BANGO adalah “Besan”.
Karena hubungan kekerabatannya sangat akrab bekas ladang BANGO diserahkan kepada besan-nya MIRING,untuk dijadikan cikal-bakal desa Baun Bango sekarang ini. Sebenarnya dulu namanya BAHUN BANGO artinya=bekas ladang BANGO,namun karena perubahan atau salah tulis setelah Indonesia merdeka maka tertulis sampai sekarang BAUN BANGO.
Baun Bango dalam bahasa Dayak Ngaju kalau diartikan secara harpiah ke dalam bahasa Indonesia artinya=muka tempurung,tentu tidak mengandung makna atau arti apa-apa. Tapi apa boleh buat itulah yang diakui oleh pemerintah bahkan sejak Indonesia merdeka sampai sekarang inipun tidak ada perubahan ke Bahun Bango sesuai dengan yang sebenar-benarnya.
Awalnya MIRING sekeluarga tinggal di Rumah Betang atau HUMA BENTUK, tetapi setelah pertumbuhan warga keturunannya bertambah maka Rumah Betang sudah tidak muat lagi. Maka anak-keturunannya mulai membangun rumah-rumah dalam ukuran sedang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Keluaraga MIRING sebagian menetap sebagian lainnya mencari kehidupan di luar desa atau daerah lain.
Di Baun Bango dari generasi ke generasi,tanah pemukiman dikuasai secara turun-temurun dan diwariskan kepada anak cucunya sampai sekarang ini,tetapi sebagian dijual untuk para pendatang dari beberapa suku seperti  suku Jawa dan suku Banjar.
Dokumen penting dan barang berharga yang masih bisa dilihat sampai sekarang adalah surat pembelian Tajau atau BELANGA BULAN oleh anak-anak MIRING tertulis tahun 1934,pembelian harta seperti ini dulu merupakan lambang status social atau keberadaan ekonomi. BELANGA BULAN tersebut merupakan harta warisan leluhur dan sampai sekarang masih tersimpan rapi dan tidak akan pernah diperjual-belikan oleh generasi penerus selanjutnya. Karena merupakan harta peninggalan leluhur yang sangat penting artinya bagi anak-cucu-keturunan MIRING,baik yang masih menetap di Baun Bango maupun yang berada jauh diluar.Inilah satu-satunya harta bersama pemersatu keluarga.
Untuk mengenang asal-usul orang yang menjadi pendahulu di desa Baun Bango maka diabadikan namanya menjadi nama jalan utama desa disebutlah “JALAN MIRING TARUNG”,artinya MIRING YANG DIKENAL.

KEJADIAN PENTING DI DESA BAUN BANGO
Sebutan PEMBAKAL        :  1. Gantang   2. Penyang   3. Tayib/Depang   4. Ugak Tanduh    (Bapak    Dadang)
Sebutan KEPALA KAMPUNG:    1. Sidiq A Jukut
Sebutan KEPALA DESA        :   1. Lukman Mansyur   2. Supartel Dullah   3. Hamrin Yurna   4. Darmansyah                   5. Sias Purba   6. M.Arjan Sidiq   7. Muhlis H.Nuri    8. Sumedianto
Berdirinya Kecamatan Kamipang pada tahun 1965 dengan ibukotanya BAUN BANGO,waktu itu masih bergabung dengan Kabupaten Kotawaringin Timur dipimpin bupatinya almarhum CILIK RIWUT. Kabupaten Katingan tahun 2003,bupati pertama DUWEL RAWING.
Adapun pejabat camatnya sebagai berikut : 1. Igun Kawung   2. Mahidin Dullah   3. Achad Saiman   4. Jumri Tuden   5. Godhard A.Nion   6. Jumri Bakran   7. Udaya Usinsyah   8. Fauzi Tambang   9. Redy Setiawan   10. Lusen   11. Megar   12. Waner S.Emet   13. Ahmad Yaras   14. Alimansyah   15. Prisman Tehang   16. Yansen   17. Lusen

KEMARAU PANJANG DAN KEBAKARAN HUTAN/LAHAN
1965, 1990, 1997, 2010, 2014 tahun-tahun ini terjadi kemarau panjang dan kebakaran hutan/lahan yang menimbulkan kabut asap sangat peket,sehingga menghalangi jarak pandang utamanya waktu pagi dan malam hari.
BANJIR BESAR/DALAM
1947, 1974, 2008 di tahun inilah terjadi banjir besar dan paling dalam karena menenggelamkan hampir seluruh rumah yang ada di Baun Bango,adapun banjir yang terjadi hampir setiap tahun relative masih kecil karena hanya sebagian kecil rumah warga yang terendam.Itupun karena konstruksi rumahnya rendah dari atas permukaan tanah.

PESTA TIWAH
1.      Tahun 1962 Tiwah Datu Kihis
2.      Tahun 1973 Tiwah Paman Takis
3.      Tahun 1982 Tiwah Massal
4.      Tahun 1996 Tiwah Kakek Cili

5.      Tahun 2004 Tiwah Massal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar