SEJARAH SINGKAT DESA
BAUN BANGO
Zaman dulu waktu
masih penjajahan Belanda tersiarlah kabar tentang usaha warga sungai Katingan
ke seantero wilayah seperti usaha
menyadap getah Jelutung,Nyatu,Ketiau dan Hangkang. Juga mencari Rotan,Damar dan
ikan terutama di daerah sungai dan danau Jalan Pangen.
Kabar tersebut
sampailah kepada seorang pemuda yang bernama MIRING berasal dari sungai Kapuas
tepatnya Kampung Hampatung. Maka beliau mengembara menuju sungai katingan
mengikuti jejak keponakannya yang sudah
menjadi saudagar kaya-raya yang bernama ISMAIL, sang Juragan yang dikenal juga
dengan sebutan Pak MAHAR dulu berdomisili
di desa Tumbang Runen sekarang ini.
Perjalanan
MIRING ke Katingan berhasil menemukan keponakannya
ISMAIL,beliau diajak berdagang hasil hutan non kayu dari Katingan dibawa ke pulau
Jawa bahkan sampai ke Singapura dengan menggunakan
perahu layar ‘MAYANG SARI’. Sekembalinya ke Katingan mereka membawa sembako
untuk diperdagangkan atau dibarter
dengan komoditas andalan dari Katingan saat itu.
Perjalanan
mereka berdagang mudik menyusuri sungai Katingan,suatu saat berlabuhlah di desa
Tumbang Panggo sekarang ini. Disitulah sang pemuda MIRING menemukan jodohnya
dan menikah dengan seorang gadis yang bernama SARIN. Dari hasil pernikahan ini
lahirlah 9 orang putra-putri beliau yang bernama: NUAH,SARINAH,GANTANG,PENYANG,SUNGAN,ANANG,MUNAH,SAMAH
dan AMAN
MIRING beserta
anak isterinya awalnya tinggal di perbatasan desa Baun Bango-Tumbang
Runen,sambil menunggu keberangkatan kapal layar MAYANG SARI,beliau dan anak
isterinya berladang dan juga mencari
ikan untuk memenuhi kebutuhah hidupnya.
Dari hulu/sebelah
utara Katingan tepatnya desa Batu Bango juga datang satu keluarga yang mengadu
nasib bekerja membuka ladang di sekitar wilayah desa Baun Bango sekarang,beliau
ini bernama BANGO yang juga membawa serta anak isterinya.
Rupanya anak
MIRING yang bernama SUNGAN berjodoh dengan anak BANGO yang bernama RUPAN,mereka
menikah dan dikaruniai putra-putri 6 orang. Dari sinilah MIRING sekeluarga
tinggal menetap karena ada hubungan
kekerabatan MIRING dengan BANGO adalah “Besan”.
Karena hubungan
kekerabatannya sangat akrab bekas ladang BANGO diserahkan kepada besan-nya
MIRING,untuk dijadikan cikal-bakal desa Baun Bango sekarang ini. Sebenarnya
dulu namanya BAHUN BANGO artinya=bekas ladang BANGO,namun karena perubahan atau
salah tulis setelah Indonesia merdeka maka tertulis sampai sekarang BAUN BANGO.
Baun Bango dalam
bahasa Dayak Ngaju kalau diartikan secara harpiah ke dalam bahasa Indonesia
artinya=muka tempurung,tentu tidak mengandung makna atau arti apa-apa. Tapi apa
boleh buat itulah yang diakui oleh pemerintah bahkan sejak Indonesia merdeka
sampai sekarang inipun tidak ada perubahan ke Bahun Bango sesuai dengan yang
sebenar-benarnya.
Awalnya MIRING
sekeluarga tinggal di Rumah Betang atau HUMA BENTUK, tetapi setelah pertumbuhan
warga keturunannya bertambah maka Rumah Betang sudah tidak muat lagi. Maka
anak-keturunannya mulai membangun rumah-rumah dalam ukuran sedang sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan zaman. Keluaraga MIRING sebagian menetap sebagian
lainnya mencari kehidupan di luar desa atau daerah lain.
Di Baun Bango
dari generasi ke generasi,tanah pemukiman dikuasai secara turun-temurun dan
diwariskan kepada anak cucunya sampai sekarang ini,tetapi sebagian dijual untuk
para pendatang dari beberapa suku seperti
suku Jawa dan suku Banjar.
Dokumen penting dan
barang berharga yang masih bisa dilihat sampai sekarang adalah surat pembelian
Tajau atau BELANGA BULAN oleh anak-anak MIRING tertulis tahun 1934,pembelian
harta seperti ini dulu merupakan lambang status social atau keberadaan ekonomi.
BELANGA BULAN tersebut merupakan harta warisan leluhur dan sampai sekarang
masih tersimpan rapi dan tidak akan pernah diperjual-belikan oleh generasi
penerus selanjutnya. Karena merupakan harta peninggalan leluhur yang sangat
penting artinya bagi anak-cucu-keturunan MIRING,baik yang masih menetap di Baun
Bango maupun yang berada jauh diluar.Inilah satu-satunya harta bersama pemersatu
keluarga.
Untuk mengenang
asal-usul orang yang menjadi pendahulu di desa Baun Bango maka diabadikan
namanya menjadi nama jalan utama desa disebutlah “JALAN MIRING TARUNG”,artinya
MIRING YANG DIKENAL.
KEJADIAN PENTING DI DESA BAUN BANGO
Sebutan PEMBAKAL :
1. Gantang 2. Penyang 3. Tayib/Depang 4. Ugak Tanduh (Bapak Dadang)
Sebutan KEPALA
KAMPUNG: 1. Sidiq A Jukut
Sebutan KEPALA
DESA : 1. Lukman Mansyur 2. Supartel Dullah 3. Hamrin Yurna 4. Darmansyah 5. Sias Purba 6. M.Arjan Sidiq 7. Muhlis H.Nuri 8. Sumedianto
Berdirinya
Kecamatan Kamipang pada tahun 1965 dengan ibukotanya BAUN BANGO,waktu itu masih
bergabung dengan Kabupaten Kotawaringin Timur dipimpin bupatinya almarhum CILIK
RIWUT. Kabupaten Katingan tahun 2003,bupati pertama DUWEL RAWING.
Adapun pejabat
camatnya sebagai berikut : 1. Igun Kawung
2. Mahidin Dullah 3. Achad
Saiman 4. Jumri Tuden 5. Godhard A.Nion 6. Jumri Bakran 7. Udaya Usinsyah 8. Fauzi Tambang 9. Redy Setiawan 10. Lusen
11. Megar 12. Waner S.Emet 13. Ahmad Yaras 14. Alimansyah 15. Prisman Tehang 16. Yansen
17. Lusen
KEMARAU PANJANG DAN KEBAKARAN HUTAN/LAHAN
1965, 1990,
1997, 2010, 2014 tahun-tahun ini terjadi kemarau panjang dan kebakaran
hutan/lahan yang menimbulkan kabut asap sangat peket,sehingga menghalangi jarak
pandang utamanya waktu pagi dan malam hari.
BANJIR BESAR/DALAM
1947, 1974, 2008
di tahun inilah terjadi banjir besar dan paling dalam karena menenggelamkan
hampir seluruh rumah yang ada di Baun Bango,adapun banjir yang terjadi hampir
setiap tahun relative masih kecil karena hanya sebagian kecil rumah warga yang
terendam.Itupun karena konstruksi rumahnya rendah dari atas permukaan tanah.
PESTA TIWAH
1.
Tahun
1962 Tiwah Datu Kihis
2.
Tahun
1973 Tiwah Paman Takis
3.
Tahun
1982 Tiwah Massal
4.
Tahun
1996 Tiwah Kakek Cili
5.
Tahun
2004 Tiwah Massal